Hal yang amat serius di samping kemunduran-kemunduran dalam kehidupan ekonomi dan sosial budaya yang tampak lahir pada zaman pra revolusi, juga tampak beberapa kelemahan dalam mentalitas banyak orang Indonesia. Sifat-sifat kelemahan tersebut, yang bersumber pada kehidupan penuh keragu-raguan dan kehidupan tanpa berpedoman dan tanpa orientasi yang tegas adalah:
1. SIFAT MENTALITAS YANG MEREMEHKAN MUTU
Kebutuhan akan kualitas dari hasil karya kita dan rasa peka kita terhadap mutu sudah hampir hilang. Hal ini akibat dari kemiskinan hebat yang melanda bangsa kita, sampai tidak sempat memikirkan mengenai mutu dari pekerjaan yang dihasilkan dan mutu dari barang dan jasa yang kita konsumsi. Kita tidak memiliki daya saing dalam produksi ekspor, dimana produksi kita masih dimonopoli oleh sejumlah orang mampu dan tenaga ahli yang terbatas
Masalah mentalitas meremehkan mutu ini disebabkan karena proses penyebaran, perluasan, pemerataan, dan ekstensifikasi dari sistem pendidikan kita yang tidak disertai dengan perlengkapan sewajarnya dari prasarana-prasarana pendidikan.
2. SIFAT MENTALITAS YANG SUKA MENEROBOS
Mentalitas yang bernafsu untuk mencapai tujuan secepat-cepatnya tanpa banyak kerelaan berusaha dari permulaan secara langkah demi langkah kita sebut saja “mentalitas menerobos”. Merupakan akibat dari mentalitas yang meremehkan mutu di atas. Dalam masyarakat Indonesia sekarang ini terlampau banyak usahawan baru yang mau saja mencapai dan memamerkan taraf hidup yang mewah dalam waktu singkat. Dengan cara yang tidak lazim, atau dengan cara “menyikat keuntungan sebesar-besarnya mumpung masih ada kesempatan”, tanpa mau untuk mengunyah pahit getirnya rasa permulaan berusaha. Sekarang ini tampak pula terlampau banyak pegawai junior yang ingin mencapai fasilitas-fasilitas pangkat tinggi dalam waktu singkat, dengan cara menerobos, tanpa rela berkorban dan berjuang melawan kesukaran-kesukaran dalam mencapai suatu keterampilan dan kepandaian ilmu yang diperlukan.
3. SIFAT TAK PERCAYA DIRI
Menurut penelitian Koentjaraningrat, sifat tak percaya diri tampak pada golongan-golongan yang hidup di kota, yaitu golongan pegawai (di antara golongan petani di desa-desa, suatu penelitian mengenai kepercayaan diri tidak amat relevan. Karena jalan kehidupan petani sudah ditentukan dengan mantap). Sikap tak percaya diri itu rupanya adalah konsekuensi dari serangkaian kegagalan, terutama dalam bidang pembangunan yang dialami oleh bangsa Indonesia pada zaman pra revolusi. Pada zaman kolonial, nilai budaya itu telah menimbulkan rasa kekurangan akan kemampuan sendiri. Rasa itu hanya dengan lambat sekali dapat hilang dari mentalitas generasi-generasi orang Indonesia yang pernah mengalami konsekuensi-konsekuensi sistem kolonial. Untuk waktu yang lama, sesudah tidak ada penjajah lagi, masih ada juga orang-orang Indonesia yang selalu lebih lekas percaya atau lebih mendengarkan pendapat orang asing yang berkulit putih, dari pada pendapat ahli bangsa sendiri. Sebaliknya, banyak pula orang Indonesia yang secara berlebihan menentang dan bersifat agresif terhadap orang asing yang berkulit putih, sebagai kompensasi untuk menutupi rasa kurang percaya diri.
4. SIFAT TIDAK DISIPLIN MURNI
Merupakan suatu sifat yang justru pada zaman setelah revolusi tampak makin memburuk dan merupakan salah satu pangkal daripada banyak masalah sosial budaya yang kita sekarang hadapi.
Banyak orang Indonesia, terutama di kota-kota, hanya berdisiplin karena takut akan pengawasan atas. Pada saat pengawasan itu kendor atau tidak ada, maka hilanglah juga hasrat murni dalam jiwanya untuk secara ketat menaati peraturan-peraturan.
5. SIFAT MENTALITAS YANG SUKA MENGABAIKAN TANGGUNG JAWAB YANG KOKOH
Tanggung jawab dalam kewajiban pekerjaan sehari-hari, sesudah zaman kemerdekaan tidak dipupuk dengan sungguh-sungguh. Dalam zaman kolonial dahulu, orang diajar bertanggung jawab dan memang banyak orang zaman itu memperlihatkan suatu rasa ranggung jawab terhadap pekerjaannya walaupun sebagian besar rupanya hanya memperlihatkan rasa itu karena takut pada atasannya yang tidak akan ragu-ragu menjatuhkan sanksi-sanksi yang keras. Dengan demikian, tanggung jawab dalam mentalitas manusia ditanamkan dengan sanksi-sanksi yang sebaliknya tergantung pada norma-norma tertentu. Dalam proses penjebolan norma-norma kolonial, norma-norma yang juga penting dalam hubunganya dengan memupuk rasa tanggung jawab itu ikut terjebol. Maka orang jadi ragu tentang hal-hal mana dan kepada siapa ia harus bertanggung jawab.
Kalau ditinjau dari sudut itu, maka sifat tak adanya tenggung jawab sekarang ini sebenarnya dapat pula dikembalikan kepada nilai budaya tradisional yang terlalu banyak berorientasi kepada atasan. Sehingga tanggung jawab terhadap kewajiban itu hanya kuat apabila ada pengawasan yang keras dari atas. Dengan kendornya pengawasan dari norma-norma itu, maka hilanglah pula rasa tanggung jawab. Dengan analisis yang seperti itu, maka menurunnya rasa disiplin yang akhir-akhir ini juga tampak sebagai suatu gejala meluas dalam masyarakat Indonesia.
Selasa, 22 Desember 2009
Bangsa Indonesia Kurang Maju ?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar